SELAMAT DATANG DI BLOG PEMASARAN KAMI..Kami menyediakan bekatul organik curah murni , Tepung Rice Bran curah, bubur bekatul curah organik. Kami juga melayani bagi mitra yang ingin membuat merk sendiri. Hubungi kami jika anda butuh bantuan. Terima kasih

Rabu, 20 Maret 2013

TIPS Menyimpan Bekatul

Setelah proses stabilisasi, penyimpanan bekatul-awet memegang peranan penting agar bekatul tidak mudah rusak. Kerusakan bekatul-awet kemungkinan dapat disebabkan oleh ketengikan akibat terjadinya oksidasi atau hidrolisis kandungan lemak yang terdapat pada bekatul-awet. Dengan kandungan air berkisar antara 6-7 persen, bekatul-awet baik disimpan dalam tempat yang dingin dan kering, sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh mikoorganisme perusak. Bekatul-awet dapat disimpan dalam kemasan plastik (contohnya polyethylene atau PE) agar memberi perlindungan terhadap terjadinya pencemaran, kerusakan fisik, dan dapat menahan perpindahan gas dan uap air. (sumber: itp.bakrie.ac.id)

Bagaimana mengetahui bekatul yang baik

Kandungan lemak pada bekatul mencapai 20 persen, hal ini dapat menyebabkan penurunan mutu pada bekatul, yaitu terjadinya ketengikan. Kandungan air yang terdapat di dalam bekatul juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya proses hidrolisis lemak. Oksidasi lemak pada bekatul dipercepat karena adanya aktivitas enzim lipase yang menghidrolisa lemak pada bekatul menjadi asam lemak bebas yang bersifat labil (mudah mengalami oksidasi). Kemudian rasa pahit ditimbulkan oleh senyawa peptida hidrofobik dengan berat molekul rendah hasil hidrolisis protein oleh enzim protease.

Untuk bisa menjadikan bekatul sebagai pangan yang food grade dan bisa awet, maka komponen penyebab kerusakan dari bekatul harus dihilangkan dan/atau dihambat. Tetapi tetap harus menjaga komponen bioaktifnya, agar tidak hilang atau meminimalisasi kehilangan.

Pada Gambar dibawah ini ditampilkan pohon industri pemanfaatan bekatul. Dengan proses stabilisasi menggunakan suhu dan waktu tertentu (pemanasan) akan dapat dihasilkan fiber ingredient dan proses ekstraksi yang selanjutnya dapat menghasilkan minyak dan bahan non-minyak. Penggunaan bekatul di luar negeri (misalnya di Jepang atau USA) secara komersil diperoleh dengan mengekstraksi bekatul menjadi minyak goreng. Selain itu telah digunakan dalam industri pangan, dimana bekatul dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi dan industri kecantikan. (sumber: itp.bakrie.ac.id)



Proses Pengolahan Beras dan Bekatul

Bekatul atau rice bran adalah hasil samping penggilingan padi terdiri yang dari aleurone layer, seed coat, dan germ (Gambar 1). Pada Gambar 1 juga ditampilkan alur proses pengolahan padi menjadi beras yang pada saat yang sama juga akan dihasilkan bekatul. Bekatul merupakan produk samping penggilingan beras yang terdiri dari 10 persen dari proses penggilingan padi menjadi beras (Shih, 2003). Rice brandalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan nama bekatul, untuk selanjutnya penulis menggunakan istilah bekatul

Jumlah produksi bekatul berbanding lurus dengan produksi beras, artinya di Indonesia yang mayoritas penduduknya menjadikan beras sebagai pangan pokoknya, sehingga hasil samping bekatul pun jumlahnya semakin besar. Sebagai gambaran berdasarkan data BPS, produksi padi di Indonesia tahun 2010 mencapai 65,98 juta ton gabah kering giling. Dengan 10 persen dari total produksi padi dapat menghasilkan bekatul, maka diperkirakan akan dapat menghasilkan 6,59 juta ton bekatul.

Sangat disayangkan, sampai saat ini pemanfaatan bekatul masih sangat terbatas, yaitu hanya sebagai pakan ternak. Padahal, laporan penelitian menyebutkan bahwa bekatul mengandung komponen bioaktif pangan yang bermanfaat bagi kesehatan, sehingga bekatul sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi pangan fungsional yang bernilai gizi dan menyehatkan. (sumber: itp.bakrie.ac.id)

Bekatul untuk Menurunkan Hipertensi dan Hiperlipidemia

Bekatul atau rice bran selama ini hanya digunakan sebagai pakan ternak. Belum banyak yang mengetahui bahwa lapisan luar dari beras hasil penggilingan padi ini ternyata mengandung komponen bioaktif pangan yang bermanfaat bagi kesehatan. Bekatul dapat diperolah sebanyak 10 persen dari hasil penggilingan padi, yang terdiri dari lapisan aleurone beras (rice kernel), endosperm, dan germ.

Data dari Departemen Pertanian, diperkirakan pada tahun 2006 produksi beras nasional mencapai angka 54,74 juta ton (Tempo Interaktif, 6 Juli 2006). Sebagai perbandingannya di Amerika Serikat bahwa 10 persen dari total produksi beras dapat dihasilkan bekatul, sehingga dari 54,75 juta ton produksi beras nasional diperkirakan akan dihasilkan 5,5 juta ton bekatul. Potensi bahan baku yang sangat berlimpah jumlahnya tersebut, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha pemanfaatan bekatul sebagai pangan fungsional.

Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan hiperlipidemia (berlebihnya jumlah lemak) merupakan dua kondisi penyebab penyakit kardiovaskuler dan aterosklerosis. Dua penayakit ini merupakan penyebab kematian yang semakin meningkat jumlahnya, termasuk di Indonesia.

Richard J. FitzGerald dari Universitas of Limerick, Limerick, Irlandia menyebutkan bahwa penurunan 5 mmHg tekanan darah sama artinya dengan menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler sebanyak 16 persen. Oleh karena itu usaha-usaha yang dilakukan oleh para peneliti pangan dan gizi adalah mendapatkan komponen bioaktif yang terdapat dalam bahan pangan, salah satunya adalah pemanfaatan bekatul sebagai bahan untuk mencegah hipertensi dan hiperlipidemia.

Manfaat bekatul

Fraksi lemak dari bekatul telah banyak dilaporkan memberikan efek menurunkan jumlah lemak darah (hipolipidemia) dengan uji pada hewan percobaan maupun manusia. Minyak bekatul menurunkan kadar kolesterol darah dan low density lipoprotein cholesterol (LDL-kolesterol), serta dapat meningkatkan kadar high density lipoprotein cholesterol (HDL-kolesterol) darah. Kemampuan fraksi lemak bekatul disebabkan adanya komponen oryzanol dan kemampuan lainnya dari bahan yang tidak tersabunkan.

Selain itu fraksi non-lemak bekatul ternyata juga memiliki efek hipolipidemia yang sama dengan fraksi lemak. Selain dapat memberikan efek hipolipidemia, penelitian penulis menyebutkan bahwa manfaat lain dari fraksi ini ternyata memiliki kemampuan untuk menurunkan tekanan darah secara nyata. Percobaan tersebut menggunakan tikus stroke-prone spontaneously hypertensive rats (SHRSP). SHRSP adalah spesies tikus yang secara genetik mengalami hipertensi dan hiperlipidemia.

Fraksi non-lemak diperoleh dengan ektraksi menggunakan ethanol yang dilanjutkan dengan ekstraksi menggunakan Driselase. Driselase adalah nama produk enzim komersial untuk degradasi dinding sel tanaman yang terdiri dari selulase, silanase, dan laminarise.

Asam ferulat dan total fenol adalah komponen biaoktif yang saat ini diketahui terdapat di dalam fraksi bekatul sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan lemak darah, disamping tentunya tokotrienol dan gamma-oryzanol yang sebelumnya telah diketahui sebagai senyawa antioksidan. Mekanisme penurunan tekanan darah oleh asam ferulat yaitu dengan menghambat kerja enzim angiotensin I-converting enzyme (ACE); suatu enzim yang bertanggung jawab terjadinya peningkatan tekanan darah. Penelitian penulis juga membuktikan hal tersebut dimana terjadi penurunan aktivitas ACE.

Mekanisme terjadinya penurunan lemak darah diduga melalui peningkatan kapasitas pengikatan LDL reseptor. Mekanisme lain yang juga berperan dalam penurunan kolesterol darah adalah peningkatan aktivitas enzim cholesterol-7 alpha-hydroxylase (Cyp7a1), suatu enzim yang bertanggung jawab dalam proses biosintesis asam empedu. Peningkatan aktivitas enzim ini akan menstimulir konversi kolesterol menjadi asam empedu, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan kolesterol dalam darah.

Makanan suplemen

Meskipun penelitian diatas diperoleh dari percobaan menggunakan hewan, namun data yang diperoleh dapat diekstrapolasikan ke manusia. Data yang didapatkan sebagai informasi awal untuk dijadikan kajian lebih lanjut pemanfaatan fraksi non-lemak bekatul sebagai bahan untuk menurunkan tekanan darah dan jumlah lemak darah pada penderita hipertensi dan hiperlipidemia.

Saat ini penggunaan bekatul sebagai suplementasi telah banyak dilakukan, misalnya pada pengolahan biskuit, kue, dan lain-lain. Pemanfaatan bekatul yang telah diawetkan sebagai makanan sarapan sereal, dengan perbandingan (persentase) tepung beras: bekatul dari 90:10 sampai dengan 30:70. Substitusi bekatul padi 15 persen pada tepung terigu dilaporkan memberikan hasil yang optimal terhadap penerimaan cookies dan roti manis. Substitusi ini dapat meningkatkan kandungan serat pangan (hemiselulosa, selulosa, dan lignin) dan niasin pada produk (Muchtadi et al., 1995).

Mengkonsumsi bekatul sebagai suplementasi produk-produk olahan, diharapkan dapat dijadikan saran yang paling tepat untuk mendapatkan manfaat kesehatannya. (sumber: kamusilmiah.com)