SELAMAT DATANG DI BLOG PEMASARAN KAMI..Kami menyediakan bekatul organik curah murni , Tepung Rice Bran curah, bubur bekatul curah organik. Kami juga melayani bagi mitra yang ingin membuat merk sendiri. Hubungi kami jika anda butuh bantuan. Terima kasih

Selasa, 20 Maret 2012

Berkat Bubur Bekatul, Mahasiswa UGM Raih Penghargaan di AS


Yogyakarta - 5 Mahasiswa Universitas Gadjah (UGM) meraih juara kompetisi pengembangan pangan tingkat internasional di Institute of Food Technology (IFT) Amerika Serikat (AS). 


Mereka berhasil membuat bubur bayi sebagai makanan tambahan yang kaya akan protein terutama zat besi.

Kelima mahasiswa ini dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah (UGM) berasal dari jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Mereka adalah Aprilita Kusumawardhani, Gaung Ranggatama, Avelia Indriyani, Haritsah Setya Nur Aini, dan Afni Fitriyana.

Mereka berhasil mengukir prestasi I di kompetisi internasional bertajuk Development Solutions for Development Country yang diselenggarakan oleh IFT di New Orleans AS pada tanggal 13 Juni 2011.

IFT merupakan sebuah lembaga di AS yang memberikan perhatian pada persoalan pengembangan pangan pada negara-negara berkembang. Dalam kompetisi itu, mereka harus bersaing dengan 34 tim atau proposal yang diajukan dari berbagai negara. Tiga finalis yang berhasil dipilih panitia adalah tim dari UGM, Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Mumbai India.

"Kami masuk menjadi finalis dan berhasil menjadi juara dua karena menggunakan konsep produk pangan lokal yakni beras. Nomer satu ditempati Unibraw dan ketiga dari Mumbai India," kata Aprilita Kusumawardhani di Stana Parahita, kantor Pusat UGM, Kamis (23/6/2011).

Aprilita mengatakan ide awal pembuatan bubur beras itu berdasarkan laporan riset para dokter pada tahun 2007 yang menunjukkan, sekitar 27,7 persen atau 8 juta balita antara usia 1-5 tahun di Indonesia mengalami anemia akibat kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi.

Padahal beras merupakan sumber makanan yang kaya karbohidrat dan zat besi. Laporan itu menarik untuk dikaji untuk mengatasi kasus anemia pada bayi.

"Kami mencoba membuat bubur dari bahan beras ditambah kedelai sebagai makanan tambahan, sehingga mampu mengatasi kekurangan zat besi pada bayi atau angka kecukupan gizinya terpenuhi," ungkap Aprilita yang menjadi juru bicara tim.

Menurut mahasiswa jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian itu, bahan utamanya adalah tepung beras jenis IR 64 yang telah diperboiled atau yang tidak disosoh dengan halus. Beras tersebut masih ada butiran-butiran warna kecoklatan sehingga tampak tidak bersih, tapi justru mengandung karbohidrat tinggi terutama zat besi hingga 40 persen.

"Tepung beras ini kalorinya lebih tinggi dibanding beras yang digiling hingga berwarna putih bersih. Beras yang disosoh halus justru tidak kami pakai," kata Aprilita didamping empat orang rekannya, Gaung Ranggatama, Haritsah Setya Nurani, Afni Fitriana dan Avelia Indriyani.

Dia mengatakan bubur bayi sebagai makanan tambahan itu berbahan tepung beras, kedelai, bekatul dan gula. Kedelai yang dipakai adalah kedelai dari Purwodadi Grobogan yang mempunyai kandungan protein 40 persen lebih tinggi dibanding lainnya.

Dia kemudian mencontohkan cara sederhana pembuatannya semua bahan yang telah dibuat tepung itu direbus hingga jadi bubur. Setelah ditambahkan minyak kedelai, minyak sawit dan gula, adonan dicampur jadi satu hingga menjadi bahan padat dan kering.

"Adonan padat itu kemudian dihaluskan lagi jadi seperti bubuk yang siap saji dalam bentuk bubur. Kedelai, bekatul kita kukus dulu untuk mengurangi bau tengik," katanya.

Meskipun sudah berhasil meraih penghargaan tingkat internasional karena temuan mereka dinilai realistis dan menggunakan bahan lokal. Bubur tersebut juga mempunyai kadar zat besi lebih tinggi dibanding produk-produk komersil sejenis. Satu bungkus isi 120 gram cukup untuk dua kali saji. Satu bungkus mengandung 50 persen untuk mencukupi kebutuhan protein, 55 persen untuk mencukupi kebutuhan protein dan 30 persen kalori.

"Satu sampel produk untuk kemasan 120 gram yang bisa dibuat untuk dua kali konsumsi pada bayi. Kami belum berencana untuk mematenkan," pungkas Aprilita. 


Sumber: http://www.detiknews.com/read/2011/06/23/171013/1667183/10/berkat-bubur-beras-mahasiswa-ugm-raih-penghargaan-di-as